Penerjemah

Cari

Sabtu, 08 Maret 2014

Seberkas Cerita Bersama Ibu..

Kubuka album biruPenuh debu dan usangKu pandangi semua gambar diriKecil bersih belum ternoda

Pikirkupun melayangDahulu penuh kasihTeringat semua cerita orangTentang riwayatku
-----------------------
Oh bunda ada dan tiada dirimuKan slalu ada di dalam hatiku
Salam Rindu Untuk Ibu.Sepenggal bait sebuah lagu tentang Ibu, kasih sayang, kelembutan, perjuangan dan kenangan menjadi sebuah lirik yang saat ini menjadi sangat istimewa di hati ini. Ya, kurang lebih 3 bulan yang lalu ibunda tercinta kami telah berpulang kepada-Nya. Ke tempat dimana menjadi tujuan akhir setiap hamba. Surga-Nya. Insyaallah, aamiin.Sebenarnya banyak asa dan cerita yang belum sempat saya sampaikan kepada beliau, namun Ibu telah mempercayakan kami untuk mandiri untuk manghadapi indahnya dunia dengan keikhlasan. Beliau semasa hidupnya telah banyak mengajarkan banyak hal kepada saya, banyak sekali dan hanya sedikit bagian yang mampu saya tunaikan. Tentang kelembutan, ketegasan, kerukunan, toleransi, keikhlasan dan masih banyak lagi tentang ilmu dunia serta ilmu akhirat. Sejak saya TK, SD, SMP, SMA, Kuliah hingga saat setelah saya bekerja, beliau masih dengan sabar menghadapi saya.



Ibu, sekarang anakmu ini masih merindukan sosok hadirmu. Namun, bagaimanapun juga kami harus ikhlas atas apa yang menjadi ketetapan-Nya. Semoga engkau mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Aamiin.
Seberkas Kenangan Bersama Ibu.Banyak sekali, namun hanya sedikit yang bisa saya ingat. Dari situlah, beliau mengajarkan saya berbagai hal macam norma kehidupan.
*Semasa BalitaDi masa ini, tak banyak yang saya ingat. Namun, dari foto album yang masih ada beliau mengajarkan tentang kasih sayang. Terlihat dari bahasa tubuh Ibu saat menggendong saya.
*Semasa TKSejak TK, Ibu sudah mengajarkan saya untuk berani, jujur, hemat dan rasa hormat. Tentang keberanian, karena sejak TK saya tidak pernah ditunggu dan pulang dari TK pun saya pulang sendiri. Saya pulang ke rumah nenek saya, terkadang ke rumah pakdhe. Untuk menuju rumah nenek/ pakdhe, harus berjalan di pinggir jalan raya yang ramai pada masa itu. Seingat saya, Ibu selalu berpesan,"Hati-hati di jalan, kalau ada orang asing yang tidak dikenal jangan mau diajak bicara atau pergi ya Le." Pesan itu masih terekam jelas dalam memori. Tentang kejujuran, ini masih sangat-sangat membekas dalam benak saya, dimana saat itu saya sedikit nakal. Suatu saat, ada teman TK yang uang sakunya terjatuh Rp 100,- dan itu diketahui oleh teman-teman TK yang lain. Namun, teman-teman yang lain menyuruh saya untuk mengambilnya dan disimpan untuk jajan. Seusai pulang, saya menuju rumah pakdhe, uang tersebut saya gunakan untuk jajan permen yang berhadiah stiker He-Man. Akhirnya, saya dijemput Ibu. Kami berjalan kaki menuju rumah tercinta, dalam perjalanan itu saya bercerita polos kalau saya menemukan uang. Ibu pun seketika itu kaget,"Tahu itu uangnya siapa?" saya pun menjawab apa adanya,"Itu punya teman saya yang terjatuh dari sakunya." Saya ingat betul, beliau memegang tangan saya,"Itu perbuatan yang tidak baik, besok dikembalikan ke temannya ya Le." Singkat cerita, keesokan paginya saya menemui teman saya dan mengembalikan uang yang memang miliknya dan berkata yang sebenarnya.. Saya pun meminta maaf. Tentang hemat, Ibu semasa saya TK selalu memberi uang saku secukupnya. Beliau pun berpesan, jangan boros dan dihemat. Saat itu entah kenapa, saya pun bisa menhemat dan menabung uang saku saya. Tentang rasa hormat, karena saya saat TK pulang ke rumah nenek/ pakdhe, Ibu berpesan untuk berbicara sopan penuh hormat kepada yang lain, terutama kepada yang lebih tua nenek maupun pakdhe. Saat itu, sopan dan hormat adalah berbicara dengan nada halus dan kalau bisa menggunakan bahasa jawa kromo.
*Semasa SDDi masa ini, Ibu tak lelah untuk selalu menasehati tentang keberanian, tanggungjawab, dan hemat. Tentang keberanian, saat itu masuk kelas 1 SD dan Ibu pun sudah mempercayai kami untuk membawa kunci rumah. Jadi, ketika pulang bisa langsung masuk ke rumah. Namun, Ibu tahu saat itu saya masih penakut. Ibu pun sudah mempersiapkan baju ganti dan air minum di ruang tamu. Saat itu, saya saat ganti bak superman. Secepat kilat. Namun pada suatu ketika, ketika saya pulang, Ibu tidak mempersiapkan baju ganti di ruang tamu. Mau tak mau saya harus masuk ke dalam rumah. Saat itu saya benar-benar penakut akan "hantu". Hal pertama setelah saya masuk saya mengambil buku Iqro', dalam benak saya "hantu" pasti takut dengan huruf arab. Dengan keyakinan itu keberanian saya muncul. Sembari membawa buku Iqro', saya mengambil baju ganti. Saya duduk bersandar tembok di ruang keluarga dengan buku Iqro' jilid 1-6 membentuk setengah lingkaran mengelilingi saya. Tak hentinya saya membaca Surat Al-Fatihah. Hingga akhirnya saya selesai berganti baju. Sesaat sebelum saya merapikan buku Iqro' yang ada di lantai, tiba-tiba Ibu muncul dari balik pintu kamar dengan tersenyum. Saya kaget Ibu sudah di dalam rumah. Saya lupa Ibu berkata apa, namun dilihat dari senyum beliau saya bisa menebaknya. Ternyata, Ibu tidak lupa menyiapkan ganti baju. Ibu menguji keberanian saya waktu itu. Dan yang paling saya ingat, Ibu berpesan,"Jangan jadi penakut. Jadilah pemberani, namun jangan sok berani. Jika ada yang mengganggu, beranilah untuk melawan mempertahankan diri. Kalau sudah keterlaluan, balaslah." Kurang lebih seperti itu yang Ibu katakan. Tentang tanggungjawab, cerita ini ada saat saya main bersama teman-teman seusai sekolah, saking asyiknya bermain saya baru sadar kalau kehilangan kunci, Akhirnya, saya menunggu mbak saya pulang sekolah untuk bisa masuk rumah. Ibu pun pulang dari mengajar. Saya bercerita kalau kehilangan kunci, Ibu pun menyuruh saya untuk mencari kunci kembali dibantu oleh mbak saya. Namun, kuncipun tetap tidak ditemukan. Secara tidak langsung, Ibu mengajarkan tanggungjawab atas apa yang saya miliki. Tentang hemat, lagi-lagi tentang hemat. Ibu selalu menekankan tentang hal ini. Masih ingat dalam benak, uang saku saya Rp 100,- Ibu berpesan untuk menyisihkan uang jajan untuk di tabung. Kadang, saya iri dengan teman-teman yang lain karena uang jajannya banyak. Namun Ibu selalu memberi pengertian tentang pentingnya berhemat.
*Semasa SMPMasa ini sebenarnya masih tak jauh beda dengan masa sebelumnya. Masih tentang hemat, kesederhanaan dan tolong menolong. Selama saya SMP, 3 tahun itu pula saya mengayuh sepeda jengki setiap pagi. 3 tahun itu pula saya memboncengkan teman yang satu sekolah, satu kelas. Saya masih ingat betul, Ibu memberi uang saku bulanan sebesar Rp 15 ribu. Ibu berpesan, itu selama sebulan, sisa atau tidak itu menjadi tanggungjawab saya. Saya berfikir bagaimana cara mengelola uang Rp 15 ribu selama sebulan. Saya mengambil jalan, setiap hari tertentu saya pulang ke rumah setiap jam istirahat untuk makan siang. Bersyukur jarak rumah dengan sekolah hanya beberapa kilo. Dengan cara itu saya bisa menyisakan uang untuk ditabung. Namun, pada suatu bulan uang saku saya habis tidak bersisa. Saya teringat pesan ibu bahwa uang saku adalah tanggungjawab saya. Pada bulan itu pula, saya meminjam uang kepada ibu Rp 5 ribu. Karena statusnya uang pinjaman, bulan berikutnya saya diberi uang saku bulanan Rp 10 ribu. Sederhana itu luar biasa. Itu yang saya bisa saya ambil dari didikan Ibu. Sebenarnya Ibu bisa saja memberi uang saku lebih saat itu, tapi Ibu tidak akan membiarkan anaknya hidup tanpa tanggungjawab.
*Semasa SMA - Kuliah - BekerjaMasih tidak jauh berbeda dengan masa-masa transisi TK, SD dan SMP. Masa ini juga masih tentang tanggungjawab, kesederhanaan dan keikhlasan. Ya, Ibu tiada lelah untuk mengulang semua nasihatnya kepada saya. Jika ada akibat dari tindakan yang saya perbuat, maka saya harus bertanggungjawab. Jika ada yang saya inginkan, janganlah langsung dibeli. Berhematlah dalam sederhana. Jika memang sangat dibutuhkan, baru boleh langsung dibeli. Itu yang sangat saya ingat dari pesan Ibu. Terakhir tentang keikhlasan, inilah yang terjadi 3 bulan lalu. Dimana Ibu sempat meminta kami untuk selalu ikhlas. Ikhlas untuk melepas Ibu kembali kepada-Nya. Jujur, saat itu saya belum bisa, namun sesaat setelah Ibu menghembuskan nafas terakhir saya melihat guratan senyum di bibir Ibu penuh damai. Saat itu pula, hati ini berusaha untuk ikhlas.Saat ini, saya bekerja di sebuah tempat yang memang menjadi hobi saya sejak kecil. Mainan. Saya sekarang bekerja seperti keinginan saya waktu SD. Saat itu saya bilang kepada Ibu,"Buk, besok jualan mainan di rumah ya. Kalau tidak laku mainannya buat saya." Ibu pun tersenyum. Akhirnya, sejak 4 bulan lalu, doa itu terjawab. Saat Ibu tahu saya diterima bekerja di tempat sekarang, beliau berpesan untuk ditekuni penuh tanggungjawab dan ikhlas. Namun, belum sebulan saya bekerja dan belum sempat saya menunjukkan gaji pertama saya, beliau telah bersama-Nya.
Banyak kenangan bersama Ibu yang ada dalam hidup saya, akan saya simpan dalam hati ini. Sujud doa kepada-Nya saya sampaikan kepada Ibu. Semoga Ibu mendapat rahmat selalu bersama-Nya. Aamiin.

Salam rindu dari anak-anakmu di sini. Semoga kelak kita berkumpul kembali..

Jumat, 07 Maret 2014

Ghibah, Perbuatan Dosa Besar Bagaikan Memakan Bangkai Saudaranya

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad yang telah bersabda:
من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Amma ba’du.
Saudaraku sekalian, ghibah atau menggunjing adalah perbuatan yang pada asalnya dilarang oleh Islam. Ghibah adalah perbuatan dosa besar, yang bahkan Allah menyamakan orang yang melakukan ghibah dengan orang yang memakan bangkai saudaranya, Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah sebagian kalian menggunjingkan (ghibah) sebagian yang lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujuuraat: 12)
Meskipun demikian ada sebagian ghibah yang diperbolehkan atau bahkan disyariatkan. Karena dengan cara itulah pemahaman agama ini akan selamat dari penyimpangan dan kesesatan. Dalam kesempatan ini kita akan sedikit mengkaji persoalan ini, agar kita bisa membedakan mana nasihat dan mana ghibah yang terlarang.
Pengertian Ghibah
Pengertian ghibah dapat diketahui dengan memperhatikan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya. Beliau membawakan sebuah riwayat: Yahya bin Ayyub menceritakan kepada kami, demikian pula Qutaibah dan Ibnu Hajar. Mereka mengatakan: Isma’il bin Al-’Allaa’ menceritakan hadits kepada kami dari jalan ayahnya dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala aalihi wa sallam bersabda:
أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
“Tahukah kalian apa itu ghibah?”, Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda, “Yaitu engkau menceritakan tentang saudaramu yang membuatnya tidak suka.” Lalu ditanyakan kepada beliau, “Lalu bagaimana apabila pada diri saudara saya itu kenyataannya sebagaimana yang saya ungkapkan?” Maka beliau bersabda, “Apabila cerita yang engkau katakan itu sesuai dengan kenyataan maka engkau telah meng-ghibahinya. Dan apabila ternyata tidak sesuai dengan kenyataan dirinya maka engkau telah berdusta atas namanya (berbuat buhtan).” (HR. Muslim. 4/2001. Dinukil dari Nashihatii lin Nisaa’, hal. 26)
Keharaman Ghibah
Ummu Abdillah Al-Wadi’iyah berkata: Ghibah itu diharamkan, sedikit maupun banyak. Di dalam Sunan Abu Dawud tercantum sebuah hadits yang diriwayatkan dari jalan ‘Aisyah. Beliau berkata:
حَسْبُكَ مِنْ صَفِيَّةَ كَذَا وَكَذَا قَالَ غَيْرُ مُسَدَّدٍ تَعْنِي قَصِيرَةً فَقَالَ لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَوْ مُزِجَتْ بِمَاءِ الْبَحْرِ لَمَزَجَتْهُ
“Wahai Rasulullah, cukuplah menjadi bukti bagimu kalau ternyata Shafiyah itu memiliki sifat demikian dan demikian.” Salah seorang periwayat hadits menjelaskan maksud ucapan ‘Aisyah bahwa Shafiyah itu orangnya pendek. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh engkau telah mengucapkan sebuah kalimat yang seandainya dicelupkan ke dalam lautan maka niscaya akan merubahnya.”
Di dalam dua Kitab Shahih (Bukhari dan Muslim) juga terdapat riwayat hadits dari jalan Abu Bakrah yang menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا
“Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian, (dan juga kehormatan kalian) semua itu adalah haram atas kalian sebagaimana kesucian hari kalian ini (hari ‘Arafah), pada bulan kalian ini dan di negeri kalian yang suci ini.”
Di dalam Sunan Tirmidzi terdapat riwayat yang menceritakan hadits dari jalan Ibnu ‘Umar, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam naik mimbar dan menyeru dengan suara yang lantang: “Wahai segenap manusia yang masih beriman dengan lisannya namun iman itu belum meresap ke dalam hatinya janganlah kalian menyakiti kaum muslimin. Dan janganlah melecehkan mereka. Dan janganlah mencari-cari kesalahan-kesalahan mereka. Karena sesungguhnya barang siapa yang sengaja mencari-cari kejelekan saudaranya sesama muslim maka Allah akan mengorek-ngorek kesalahan-kesalahannya. Dan barang siapa yang dikorek-korek kesalahannya oleh Allah maka pasti dihinakan, meskipun dia berada di dalam bilik rumahnya.” (Hadits ini tercantum dalam Shahihul Musnad, 1/508)
Di dalam Sunan Abu Dawud juga terdapat riwayat dari Anas bin Malik, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ketika aku dimi’rajkan aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga. Dengan kuku-kuku itu mereka mencakar-cakar wajah dan dada-dada mereka sendiri. Maka aku berkata: ‘Siapakah mereka itu wahai Jibril?’ Jibril menjawab, ‘Mereka itu adalah orang-orang yang berani memakan daging-daging manusia serta menjatuhkan kehormatan dan harga diri orang lain’.” (Hadits ini Shahih) (Nashihati lin Nisaa’, hal. 26-27)
demikian sedikit tukisan saya, semoga bermanfaat.